Perilaku
Wisata Gunung Kemukus
Terik matahari di
wilayah Gunung Kemukus mengerutkan dahi dan menyipitkan mata. Terlihat kaum perempuan
sedang duduk bersenda gurau di warung-warung tenda. Sementara perempuan lainnya
sibuk memandangi kami yang berjalan ke arah makam Pangeran Samudra (8/12/13).
Menurut informasi yang
di sampaikan oleh juru kunci berinisial S.W yang ketika itu menolak untuk
dipublikasikan nama aslinya, Pangeran Samudro adalah seorang putra Raja
Majapahit terakhir dari selir yang bernama Nyai Ortrowulan. Ketika Kerajaan
Majapahit runtuh, Pangeran Samudro pergi dan berguru tentang agama Islam pada
Kyai Ageng Gugur dari desa Pandan Gugur di lereng Gunung Lawu. Setelah selesai
berguru dan tercapai maksud tujuannya. Pangeran Samudro kembali ke Demak.
Mereka berjalan ke arah barat dan sampailah mereka ke desa Gondang Jenalus
(sekarang wilayah Gemolong). Mereka beristirahat untuk melepas lelah. Di tempat
itu Pangeran Samudro terserang sakit panas. Ketika sakitnya semakin parah,
Pangeran Samudro sudah tidak mampu lagi melanjutan perjalaan ke Demak hingga
pada akhirnya Pangeran Samudro meninggal. Kabar tersebut sampai ketelinga
ibunya, dan kemudian ibunya menyusul ke desa Godang Jenalus tempat Pangeran Samudro
meninggal. Setelah sampai di kampung tersebut beliau juga jatuh sakit dan
akhirnya meninggal bersama anaknya. Sebelum pemakaman, diadakanlah musyawarah
antara orang-orang yang memiliki lahan di sekitar wilayah itu, mereka
bersepakat bahwa lokasi bekas perawatan atau peristirahatan Pangeran Samudro
akan didirikan desa baru dan diberi nama “Dhukuh” Samudro yang sampai kini
terkenal dengan nama “Dhukuh Mudra” yang terletak sekitar 2 km dari Gunung
Kemukus.
Hal yang membuat para
pengunjung penasaran ketika pertama kali ke Gunung Kemukus adalah terdapat
warung-warung dengan plang atau reklame “ada kamar kosong.” Peziarah yang
berkunjung memiliki tujuan yang beragam, hal itu sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
Menurut cerita dari
masyarakat sekitar, tujuan ke Gunung Kemukus tidak hanya berziarah ke makam
Pangeran Samudro. Namun, ada suatu ritual yang disebut
ngalab berkah dan boleh dikatakan daya pikat "utama"
ritual di Gunung Kemukus ialah kegiatan ritual yang sering dikaitkan dengan
adanya hubungan "seks bebas". Hubungan seks tersebut dipercaya
sebagai suatu keharusan jika niat mereka ingin terkabul. Kepercayaan tersebut didasari
oleh adanya mitos tentang tuah dari kekeramatan makam Pangeran Samudra. Oleh
sebab itu, desas-desus tentang kegiatan prostitusi di daerah itu ada alasan dan
kaitannya dengan mitos atau kepercayaan masyarakat terhadap makam Pangeran Samudro.
“Kalau
saya si tidak tau, kalau masalah itu sesuai dengan tujuan masing-masing.
Sebenarnya tujuannya ziarah tapi, orang kan memiliki persepsi yang berbeda-beda.
Tetapi saya juga memberi tahu kepada peziarah untuk mendoakan yang dimakam.
Tapi namanya orang saya juga tidak tau karena saya tidak ikut kedalam.”Tutur
pak S.W sambil mengalihkan pendangannya ketika ditanya tentang tujuan peziarah.